Minggu, 09 Oktober 2011

usaha-kecil

bunga sedap malam

http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/22494-peluang-usaha-budidaya-bunga-sedap-malam-roro-anteng.html

free

free

kerajinan

Karya Seni Bernilai Tinggi Dari Kertas Koran Rambah Perancis
Kamis, 20 Mei 2010 11:32
Lintas Berita
E-mail Cetak PDF

Kata limbah biasanya berasosiasi sesuatu yang sudah tidak berguna lagi, bahkan menjijikkan, kumuh. Namun, tidak demikian dengan yang satu ini. Limbah koran, atau koran bekas, setelah disentuh tangan-tangan terampil, ternyata bisa menjadi hasil karya yang bernilai seni tinggi. (foto: google)

Kata limbah biasanya berasosiasi sesuatu yang sudah tidak berguna lagi, bahkan menjijikkan, kumuh. Namun, tidak demikian dengan yang satu ini. Limbah koran, atau koran bekas, setelah disentuh tangan-tangan terampil, ternyata bisa menjadi hasil karya yang bernilai seni tinggi. (foto: google)
Dari bahan baku yang sangat sederhana itu, bisa dihasilkan aneka macam kerajinan yang unik dan fungsional. Seperti vas kotak besar, lemari mini, kotak tissue, vas kecil, bingkai foto, jam meja, kap lampu, dan aneka macam tas. Dari sekian banyak produk yang dihasilkan, vas bunga dan tempat buah paling banyak diminati konsumen. (foto: google)

(foto: google)

(foto: google)

(foto: google)

Sebelumnya
1 of 5
Berikutnya

Kata limbah biasanya berasosiasi sesuatu yang sudah tidak berguna lagi, bahkan menjijikkan, kumuh. Namun, tidak demikian dengan yang satu ini. Limbah koran, atau koran bekas, setelah disentuh tangan-tangan terampil, ternyata bisa menjadi hasil karya yang bernilai seni tinggi.

Banyak usaha kecil yang memanfaatkan dan mengolah limbah yang berasal dari lingkungan di sekitar kita. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah kertas koran. Hal itulah yang dijalani Burhan Gatot, pria asal Solo, Jawa Tengah, dengan membuat kerajinan yang diberi label Dipik Craft.

Awalnya Gatot menjalani usaha tersebut hanya dari rasa iseng setelah melihat begitu banyak limbah kertas koran. Sekitar awal Maret 2007 ia pun mulai menekuninya dengan serius hingga memberanikan diri mengikuti berbagai pameran.

Dari bahan baku yang sangat sederhana itu, bisa dihasilkan aneka macam kerajinan yang unik dan fungsional. Seperti vas kotak besar, lemari mini, kotak tissue, vas kecil, bingkai foto, jam meja, kap lampu, dan aneka macam tas. Dari sekian banyak produk yang dihasilkan, vas bunga dan tempat buah paling banyak diminati konsumen.

Kini, di tengah bayang-bayang hantaman krisis global, Gatot mempunyai kiat agar usahanya bisa bertahan, antara lain ketekunan serta senantiasa memberdayakan masyarakat sekitar. Jangkauan pasar pun memaksimalkan potensi dalam negeri.

Ternyata, usaha ini tidak sekadar membuat berbagai macam kerajinan lalu menjualnya, tapi juga membuka kerja sama untuk melakukan pelatihan. Di antaranya dengan memberdayakan anak putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya.

Sedangkan bagi Siti Aminah SKom, 38, warga RT 03/RW IX Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Solo ini, limbah koran bisa disulap menjadi aneka macam tas, tempat handphone, guci, kap lampu, keranjang, pot, juga perabot rumah tangga seperti meja, dsb.

Menurut Siti, ide ini awalnya sederhana. Ketika dia sedang memegang sobekan kertas koran dan melinting-lintingnya, kebetulan melihat orang membawa rotan yang dijadikan perabot rumah tangga. Di benaknya langsung terpikirkan bahwa koran ini pun bisa dibuat seperti rotan.

Benarlah... Setelah lintingan-lintingan itu dianyam, memang bisa dibuat menjadi berbagai macam bentuk. "Awalnya saya bikin tas tempel. Pewarnaannya pun dari teres, finishing pakai pernis. Tapi itu dulu. Sekarang yang seperti itu tak laku dijual," tuturnya.

Ketika awak koran ini mengunjungi kediaman Siti yang lulusan sarjana komputer tapi menggeluti kerajinan ini, tampak seorang pengrajin sedang menganyam lintingan-lintingan koran. Miah Solihah, 45, dengan telatennya membuat tas dari limbah koran itu. Miah salah satu pengrajin yang masih kerabat Siti. Pengrajin lainnya tersebar di wilayah Kelurahan Kadipiro. Bahkan ada anggota kelompoknya dari luar Kadipiro, yakni dari Pucangsawit dan Jajar.

Banyak pesanan

Oleh karena itu, kini, Siti telah membentuk kelompok usaha yang aggotanya lebih dari 40 orang. Semua kaum ibu. Oleh Lurah Kadipiro Hendro Pramono, kompleks ini dinyatakan sentra kerajinan limbah koran. Masing-masing anggota juga mempunyai anak asuh, sehingga sentra ini mempunyai jaringan yang luas.

Dikisahkan, ide ini muncul pada 2007. Kemudian dia mencari literatur dari buku, majalah, internet, dsb, hingga diketahui sifat-sifat kertas koran. Dari situlah kemudian dia menggelutinya. Awalnya sendirian, pemasarannya pun terbatas. Kini pengrajinnya banyak, tapi kewalahan karena banyaknya pesanan.

Dia mengaku sangat tertolong dengan bantuan Disperindag karena diikutsertakan menjual hasil karyanya di Ngarsopuran. Dari situlah kemudian banyak yang memesannya. Banyak pula yang minta diajari. Sehingga, Siti tidak hanya mengajari warga Kadipiro, tapi juga ibu-ibu PKK berbagai kelurahan.

Hasil karya kelompok usahanya telah mendapat sorotan. Bahkan petugas Disperindag pernah ada yang mengkritik. "Kalau menggunakan bahan pewarna melamin, buang saja, karena tak akan laku diekspor," katanya menirukan ucapan petugas.

Memang, diakuinya, pewarna yang menggunakan melamin, hasilnya lebih bagus, warna lebih kuat, tajam. Tapi tak laku. Akhirnya sekarang menggunakan bahan alami. Untuk warna kekuningan dibuat dari kulit manggis, warna merah dari daun jati, cokelat dari tingi dan kulit pohon mahoni. "Kalau bahan-bahan ini habis, kadang terpaksa menggunakan pewarna tekstil."

Untuk yang dari bahan alami, warna cenderung soft. Sedangkan yang menggunakan pewarna tekstil cenderung ngejreng. "Yang pasti tidak lagi menggunakan melamin."

Urutan pembuatan: 1. Koran diguntingi. 2. Dilinting. 3. Dianyam. 4. Finishing. 5. Dipasarkan. Untuk pemasaran, selain di Soloraya juga Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Denpasar Bali, dan hampir semua kota-kota besar di Indonesia. Sedangkan ke luar negeri antara lain ke Maroko, dan bulan ini akan ke Prancis. Sekali kirim sekitar 500 produk.

Jika kita mau berusaha, apa pun bisa dilakukan dan berguna bagi lingkungan. Tak terkecuali dengan sampah, jika dimanfaatkan dengan keterampilan tertentu, ternyata bisa menghasilkan uang.

Lihat saja beragam kerajinan kap lampu, miniatur sepeda, vas bunga, dan baki lamaran yang dipamerkan Kreativitas Seni Saung EGP pada acara Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) di Graha Manggala Siliwangi Bandung sejak Rabu (23/12) hingga Minggu (27/12). Jika dilihat sekilas, mungkin tak ada yang menyangka bahwa beragam produk yang mewakili Kabupaten Majalengka itu berbahan dasar sampah.

Ya, memang benar-benar hanya sampah kertas koran, kertas majalah, serta jenis kertas sisa lainnya. Namun, sampah-sampah kertas itu di tangan Jalu, sang pemilik ide kreatif di Saung EGP, dapat menjadi produk yang indah dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Jalu, yang berlatar belakang pendidikan di bidang ekonomi, memang suka usil mengutak-atik benda-benda di sekitarnya. Produk limbah kertas yang dijual dengan kisaran harga Rp 30 ribu hingga Rp 200.000 itu pun ternyata buah dari keusilan Jalu.

"Inspirasinya karena memang saya suka jail dan usil. Saya sering iseng-iseng membuat kerajinan dan ternyata kertas itu sangat mudah diutak-atik sehingga akhirnya menjadi barang kerajinan seperti ini," katanya.

Pemilihan sampah kertas, lanjut Jalu, merupakan satu bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan. Selain sampah kertas terbilang mudah dijumpai, ternyata kepekaan Jalu terhadap isu pemanasan global juga menjadi alasan yang mendasari pemilihan kertas sebagai bahan dasar kerajinannya.

"Dapat ide buat kerajinan dari kertas karena kebetulan di sekitar saya banyak kertas. Dulu pernah bikin kerajinan pakai plastik, tapi terbentur masalah bahan. Kertaskan ada di mana-mana, jadi mudah mendapatkannya. Selain itu, saya juga punya misi cinta lingkungan. Kertas itu limbah yang ramah lingkungan. Terkait isuglobal warming, kita juga ingin bersahabat dengan alam. Itulah sebabnya saya memilih bahan yang ramah lingkungan," ujar Jalu.

Industri kerajinan kertas milik Jalu ini ternyata juga mampu memberdayakan masyarakat kompleks Cimanuk Hulu, Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Bagaimana tidak, industri kerajinan miliknya ternyata mampu memproduktifkan setidaknya 54 orang di sekitar rumahnya. Keterlibatan pemuda, pemudi, dan ibu-ibu di sekitar rumahnya bisa dibilang telah memberikan kesempatan bagi warga di sekitarnya untuk menghasilkan hasil kerajinan yang bernilai ekonomi.

"Semua orang bisa terlibat karena prosesnya sangat mudah. Orang-orang yang tidak memiliki bakat seni pun sebenarnya bisa membuat kerajinan seperti ini. Bahkan saya pernah mengajari anak-anak SLB di daerah saya, ternyata mereka pun bisa," kata Jalu.

Untuk membuat hasil kerajinan itu memang tidak terlalu rumit. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah melinting kertas koran atau kertas lain menjadi lintingan-lintingan kecil berukuran panjang sekitar 20 cm. Selanjutnya, lintingan-lintingan kertas tersebut dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi rangka, baik rangka vas bunga, tempat lampu, baki lamaran, maupun miniatur sepeda.

Untuk merekatkan kertas serta memperkokoh rangka, lintingan-lintingan kertas di lem dengan lem khusus. Setelah rangka terbentuk, tinggal melengkapi rangka dengan menganyam lintingan kertas atau bisa pula dilengkapi dengan tambahan hiasan yang juga berbahan dasar kertas sebagai penyempurna bentuk. Tahap paling akhir adalah pengecatan dengan cat tembok berwarna cokelat atau pernis untuk menutupi warna asli kertas sehingga menjadikan barang-barang kerajinan terlihat lebih menarik.

"Kalau warna lain hasilnya nggak terlalu bagus. Yang paling bagus warna cokelat dan pernis. Jadi tidak kelihatan bahan kertasnya serta terlihat warna alami seperti kayu," kata Yana, seorang anggota Karang Taruna Kompleks Cimanuk Hilir yang bergabung dalam Saung EGP.

Untuk membuat satu buah barang hasil kerajinan ini pun terbilang tidak banyak memerlukan bahan. Untuk setiap barang kerajinan, kap lampu berukuran setengah meter misalnya, rata-rata diperlukan 150 lintingan kertas (setiap satu lembar kertas koran dapat menghasilkan empat lintingan kertas) sehingga tanpa perlu banyak menghabiskan kertas pun satu buah produk kerajinan sudah dapat dihasilkan.

Omzet dari kerajinan berbahan sampah kertas ini pun cukup menggiurkan. Dari 500 hasil kerajinan yang dihasilkan anak-anak Saung EGP dalam satu bulan, setidaknya hasil bersih yang dikantongi bisa mencapai Rp 6 juta.

"Dalam satu hari bisa saja menghasilkan rata-rata 15 buah. Per itemnya kami jual dalam harga yang beragam mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 200.000. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya," kata Jalu sembari menambahkan hingga saat ini produknya telah dipasarkan di berbagai daerah di luar Jawa Barat, seperti Batam dan Makassar. (fn/lp/su/tb) www.suaramedia.com

dream

pupuk kompos

kompos




Tidak banyak yang menyadari bila setiap hari kita memproduksi sampah yang jumlahnya terus meninggi. Dan, kita juga tidak banyak menyadariya kian hari kian sulit untuk membuang sampah.



Karena volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir sampah) cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi warga di sekitar TPA juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan.


Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih sulit lagi. Warga sekitar dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila pemukiman berdekatan dengan tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau hidup di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk.

Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika setiap rumah tangga memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami (kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi.

Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit. Berikut ini adalah cara membuat kompos.


1. Kompos Jadi Siap Pakai
Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya :

Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
Jemur sampai kering, lalu ayak
Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.





Bahan:

2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
6,5 m3 kulit buah kopi
750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
30 kg abu dapur atau abu kayu


Cara Membuat

Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi.
Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan.
2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.



2. Kompos Sistem Bogor
Bahan :

Sampah mudah lapuk (garbage)kompos-3
Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
Kotoran ternak memamah biak
Abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat:

Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.
Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.


3. Kompos Sistem Terowongan Udara
Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu.

Bahan :

Daun, rumput
Sampah organik


kompos_saringCara membuat:

Buat terowongan segitiga.
Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan.
Tumpuklah daun dan bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya.
Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab.
Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru di atas terowongan yang lama.
Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua).
Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos.
Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.







4. Kompos Rumah Tangga
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.

Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Bahankompos-4

Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic.
Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.


Cara Membuat

Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

pupuk kompos

pengetahuan

sinartani

facebook

free downlod

pelatihan_pengawas_mutu_bokar

free

apanduan penjaminan mutu bokar freee